RADARTANGSEL – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, Banten dr. Dini Anggraeni menyatakan bahwa di Kota Tangerang tidak ada lonjakan kasus gagal ginjal.
“Secara nasional pun tidak ada lonjakan kasus gagal ginjal yang signifikan. Namun, masyarakat perlu paham apa itu cuci darah dan mengapa banyak anak melakukan cuci darah,” tutur dr. Dini, Senin (29/7/24).
dr Dini pun menjelaskan, cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan yang menyaring limbah dan cairan dari darah, mirip dengan fungsi ginjal.
Selain menyaring dan mengeluarkan racun di tubuh, hemodialisis juga membantu menyeimbangkan mineral penting seperti kalsium, kalium dan natrium serta mengontrol tekanan darah.
“Prosedur ini diperlukan bagi pasien yang menderita penyakit jantung kronis atau gagal ginjal,” jelas .
Lanjutnya, cuci darah ditujukan untuk mencegah penumpukan racun dalam tubuh akibat kerusakan ginjal.
Menurut dia, hal itu direkomendasikan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis atau ketika fungsi menurun hingga 15 persen.
Tujuan cuci darah membantu ginjal menjalankan fungsinya dalam tubuh. Jika pasien gagal ginjal tidak menjalani transplantasi, prosedur ini perlu dilakukan secara rutin.
“Namun, kerusakan ginjal juga dapat dicegah, dengan melakukan skrining fungsi ginjal sebelum terlambar,” katanya
Penyebab Anak-anak Cuci Darah
Cuci darah biasanya dikaitkan dengan orang dewasa yang mengalami gagal ginjal. Namun, belakangan ini, semakin banyak kasus anak-anak yang memerlukan cuci darah.
Berikut penyebab anak-anak harus melakukan prosedur cuci darah :
1. Diabetes Tipe 1, yaitu kondisi autoimun yang menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Kadar gula darah menjadi sangat tinggi, dan merusak ginjal akhirnya gagal ginjal.
2. Glumerulonefritis, yaitu unit penyaring kecil di ginjal, mengalami peradangan. Ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan dan memerlukan cuci darah.
3. Sindrom Nefrotik, yaitu ketika ginjal mengeluarkan terlalu banyak protein ke dalam urine.
4. Infeksi Ginjal Kronis, yaitu infeksi ginjal yang berulang atau kronis dapat merusak jaringan ginjal dan mengurangi fungsinya seiring waktu.
5. Kelahiran Prematur, yaitu mungkin memiliki ginjal yang belum sepenuhnya berkembang, yang dapat menyebabkan masalah ginjal di kemudian hari dan meningkatkan risiko gagal ginjal.
6. Obesitas, yaitu memiliki risiko lebih tinggi untuk menghadapi masalah kesehatan kronis seperti hipertensi dan diabetes tipe 2, yang dapat merusak ginjal dan memerlukan cuci darah.
7. Konsumsi Gula Berlebihan, yaitu berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal.
8. Hipertensi, yaitu meskipun jarang terjadi pada anak-anak, dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan ginjal seiring waktu jika tidak dikelola dengan baik.
9. Cacat Lahir pada Ginjal, yaitu saluran kemih yang dapat memengaruhi fungsi ginjal dan akhirnya memerlukan cuci darah.
10. Gangguan Metabolik, yaitu seperti penyakit Fabry atau sindrom Alport dapat merusak ginjal dan menyebabkan gagal ginjal pada anak-anak.
11. Polycystic Kidney Disease (PKD), yaitu kondisi genetik di mana kista terbentuk di ginjal, mengganggu fungsinya, dan sering menyebabkan gagal ginjal.
12. Obstruksi Saluran Kemih, yaitu menyebabkan tekanan balik pada ginjal, merusak jaringan ginjal dan mengurangi fungsinya seiring waktu.