RADARTANGSEL – Mungkin tak banyak yang tahu, biaya operasional dan perawatan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) mencapai Rp1 triliun setahun. Atau sekitar Rp83,3 miliar per bulan, setara Rp2,8 miliar sehari.
Hal itu disampaikan General Manager (GM) Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Eva Chairunisa, bahwa angka itu merupakan kesepakatan dalam konsorsium operasional dan perawatan (Operation and Maintenance Consortium/OMC).
Memang besar angkanya. Menurut Eva, karena pengoperasioan kereta cepat, membutuhkan sumber daya manusia (SDM) dengan keterampilan spesifik serta penguasaan teknologi yang mumpuni. “Hal ini, masuk bagian dari proses transfer teknologi dan pengetahuan,” kata dia, Jakarta, dikutip Senin (18/9/2023).
Dikatakan Eva, baru kali ini, pemerintah Indonesia dan Cina memiliki kesepakatan terkait operasional dan perawatan KCJB. Yakni, pada tahap awal pengoperasian dan perawatan kereta cepat, ditangani konsorsium dari perusahaan kedua negara, yaitu China Railway Engineering Corporation dan PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI).
“Biaya OMC kereta cepat, disepakati tidak lebih dari Rp1 triliun. Masa uji coba, OMC sudah mulai menjalankan operasional kereta cepat,” ujar Eva.
Dia melanjutkan, PT KCIC sedang menyiapkan 1.100 orang tenaga lokal yang memiliki kualifikasi khusus dan pengalaman di bidang perekeretaapian. Untuk tahap awal, telah diselesaikan pelatihan terkait pengoperasian dan perawatan kereta cepat, melalui beberapa tahap.
Saat ini, dua tahap sudah selesai dilakukan yang diikuti 240 pekerja Indonesia di Politeknik Perkeretaapian Indonesia, Madiun, Jawa Timur. Pelatihan ini, bekerja sama dengan beberapa perguruan tingga perkeretaapian Cina, seperti Southwest Jiaotong University dan Tianjin Railway Vocational and Technical College. “Saat ini para peserta pelatihan juga sudah mulai melakukan praktek langsung didampingi tenaga ahli dari Cina yang tergabung dalam konsorsium,” ucap Eva.
Pada tahap tiga, kata Eva, akan diikuti 249 pekerja Indonesia, sehingga totalnya menjadi 489 orang pekerja Indonesia. Sementara, pemenuhan total 1.100 ditargetkan selesai pada Desember 2023.